Agak sulit mencari padanan kata yang tepat untuk istilah curation dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya dalam bahasa Inggris sekalipun kata curation tidak ditemukan dalam kamus bahasa Inggris klasik seperti Merriam-webster, dalam arti tidak ditemukan arti yang tepat untuk kata ini.
Tapi mungkin kita kenal dengan istilah kurator, yaitu seseorang yang bertugas untuk mengelola koleksi museum atau galeri. Kurator bukan sekedar mengumpulkan benda benda bersejarah dan menyimpannya di museum, tapi dia memberi makna, penjelasan dan mengatur koleksi sedemikian dalam susunan tertentu.
Untuk mudahnya, kita gunakan saja istilah kurasi sebagai padanan kata curation. Wikipedia mendefinisikan kurasi sebagai kegiatan merawat, mengolah dan memelihara sekumpulan karya seni atau artefak. Belakangan muncul istilah digital curation dan content curation. Digital curation adalah proses pemilihan, pengawetan, perawatan, pengumpulan dan pengarsipan aset digital. Sedangkan content curation adalalah kegiatan mencari, mengumpulkan dan menyajikan informasi dalam bentuk digital dalam bidang tertentu. Jadi penekanannya ada pada isinya.
Lalu apa urgensinya bagi pustakawan untuk memahami kurasi ? Kita mungkin sudah sering mendengar bahwa di era informasi seperti saat ini, keberadaan perpustakaan dan pustakawannya kadang dipertanyakan. Seperti apakah masih perlu perpustakaan/pustakawan jika orang dapat mencari informasi apapun yang dibutuhkan dari internet? Mari kita melihatnya dalam perspektif pendidikan (sekolah).
Saat ini sistem pendidikan semakin bergeser dari teacher-centered ke student-centered. Meskipun kita telah lama mengenal CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), bahkan kini istilah tersebut sudah ditinggalkan, tetap saja hingga kini pembelajaran pada sistem kurikulum yang berlaku saat ini (KTSP) dirasa masih belum cukup berpusat pada siswa. Dan pada prakteknya memang masih begitu. Saat ini sedang digodok kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013, yang diharapkan akan benar-benar berpusat pada siswa.
Jika kurikulum menuntut siswa aktif mencari tahu bukan lagi diberitahu, maka mereka perlu dibekali dengan ketrampilan mencari, menemukan, menggunakan dan menilai informasi. Saat ini informasi sangat banyak dan mudah kita temukan di internet. Masalahnya sudahkan siswa, atau bahkan mungkin kita juga, mengetahui bagaimana mencarinya? Oke ada Google (baca: mesin pencari) yang membantu kita menemukan informasi yang kita cari, tapi apakah cukup? Ketika mesin pencari menyajikan sekian ribu tautan untuk informasi yang kita cari, dapatkan siswa memilih yang tepat dan benar?
Jadi sekarang pustakawan memang benar-benar harus bertindak sebagai pengelola informasi bukan sekedar penjaga perpustakaan. Pustakawan harus dapat bekerjasama dengan guru. Bahkan harus selangkah lebih maju dari guru dalam pengetahuan tentang sumber informasi mana yang lebih tepat, strategi pencarian dan cara penggunaan teknologi informasi komunikasi.
Kurasi merupakan langkah yang lebih maju dari sekedar pencarian informasi melalui mesin pencari. Kita tahu saat ini siapa saja bisa menyimpan dan menyebarkan informasi di internet. Tidak ada lembaga yang berwenang mengatur validitas dan reliabilitas data di internet. Maka diperlukan adanya orang yang mencari informasi dalam bidang tertentu, mengumpulkan informasi yang akurat dan mudah dicerna, memberi ulasan terhadap kumpulan informasi teresebut dan menyajikannya untuk kepentingan khalayaknya. Orang ini lah yang disebut content curator. Sangat mirip dengan kurator di museum ataupun galeri seni bukan?
![]() | |||
Mengambil informasi langsung dari internet seperti minum dari pipa hidran |
Yang penting dari kurasi adalah isinya. Jika kita berminat pada satu hal tertentu, kita tentu mencari dan mengumpulkan hanya yang terbaik atau bernilai bukan? Contohnya seorang filatelis (kolektor perangko) hanya akan mengoleksi perangko yang mempunyai nilai tertentu. Begitu juga jika kita meng-kurasi sebuah topik, maka kita tidak akan mengumpulkan dan menyajikan informasi yang tidak akurat, basi atau tidak bernilai. Content is the king, adalah tagline dalam dunia kurasi.
Bibliografi:
Lalu apa saja yang bisa kita kurasi?
Ada begitu banyak konten dari berbagai tool yang bisa kita kurasi. Artikel majalah, blog atau posting dari blog, slide presentasi, video, e-book, infographics, gambar, wiki bahkan kicauan (tweet) di twitter
Untuk melakukan kurasi dengan sukses, Weiberger (2012) menyarankan langkah-langkah berikut ini:
1. Find (temukan)
- identifikasi niche anda
- cari sumber isi ( ini bisa dilakukan dengan menjalin jaringan belajar pribadi (PLN)
- Kumpulkan apa anda temukan
2. Select (pilih):
- saring isi
- pilih berdasarkan originalitas, kualitas dan relevansinya
3. Editorialize (beri pengantar)
- Kaitkan isi dengan konteksnya
- beri pengantar atau intisarinya
- sajikan sudut pandang anda
4. Arrange (Susun)
- Isi perlu di urutkan dan diatur tampilannya
5. Create (Sajikan)
- pilih formatnya, bisa :
* Scoop.it, Paper.li (seperti majalah atau koran)
* Storify, Storiful (seperti bercerita)
* Twitter curation
- sebutkan sumbernya
6. Share (Bagikan)
- identifikasi khalayak kita
- Media apa yang mereka gunakan? Promosikan di situ
7. Engage (libatkan)
- Buka peluang untuk masukan dari khalayak dan perhatikan komentar mereka
8. Track (Pantau)
- Pantau keterlibatan orang
- Pantau kebaruan pemikiran
- Perbaiki
Idealnya praktek kurasi ini dilakukan dalam 3 P yaitu Pencarian, Pemahaman dan Publikasi yang dapat disarikan dalam tabel sebagai berikut:
Pencarian | Pemahaman | Publikasi |
Tentukan topik dan susun sumber-sumbernya | Kemas ulang dalam bentuk tulisan atau presentasi | Cantumkan sumbernya |
Cari sebanyak mungkin | Simpan, beri penjelasan atau komentar | Sajikan hanya bahan yang terbaik |
Pilih yang berkualitas, jangan ambil sampah | Integrasikan ke dalam tugas | |
2 kali sehari @ 15 menit | 30 - 60 menit per hari | 2 kali sehari @ 15 menit |
Ada banyak alat kurasi (curation tools) yang tersedia di internet. Berikut ini adalah beberapa yang populer:
1. Scoop.it
Ini merupakan curation tools yang pertama saya kenal dan yang hingga saat merupakan
favorit saya. Saya bahkan sudah mencoba membuat akun di sini saat saya belum
benar-benar memahami apa itu kurasi. Di sini kita tidak harus melakakukan kurasi
untuk topik tertentu, tapi cukup mengikuti (follow) topic yang telah dibuat orang lain.
Tentu saja jika kita tidak puas, dan saat kita sudah lebih memahami kerjanya, kita bisa
mulai melakukan kurasi untuk topik yang kita minati.
Kita bisa menambahkan marklet scoop.it di browser kita, agar mudah mengambil
materi yang kita temukan saat kita browsing ke kumpulan topik yang kita kurasi.
Istilahnya men-scoop.
2. Pinterest
Tools ini juga cukup populer, terutama saat dikteahui bahwa Michele Obama
menggunakan tools ini. Tampilannya sangat menarik, karena biasanya orang
mengumpulkan gambar-gambar disini.
3. Storyful
4. Storyfi
Keduanya mirip. Feature utamanya terletak pada adanya pengantar dari apa yang kita
kumpulkan dan kita sajikan di sini. Jadi seperti kita bercerita. Jika orang bercerita ada
yang menggunakan boneka misalnya, disini kita menggunaka video, tweet atau foto
yang kita kumpulkan dari berbagai sumber
5. Paper.li
Tools ini memungkin kita mengumpulkan informasi dan menyajikannya dalam bentuk
yang mirip koran.
Masih belum jelas? Bagus, silahkan coba saja sampai bisa memahaminya sendiri. Begitulah proses belajar. Jika diatas saya menyebut Pustakawan harus tahu tentang kurasi ini, sebenarnya ini bisa dilakukan siapa saja. Terutama oleh guru yang juga berkepentingan mengumpulkan bahan ajar dan sering mencarinya dari internet atauberbagai sumber lain.
Selamat belajar....:)
Anonim. (2012,
Juni 28). Apa itu Content Curation. Retrieved December 5, 2012, from
Tips jualan online: http://tipsjualonline.com/apa-itu-content-curation/
Firelli, G. (2011,
September 15). Content Curation: Definition and generation. Retrieved
December 5, 2012, from Iloveseo:
http://www.iloveseo.net/content-curation-definition-and-generation/
Kanter, B. (2011,
October 4). Content Curation Primer. Retrieved December 5, 2012, from
Beth's Blog: http://www.bethkanter.org/content-curation-101/
Kanter, B. (2011,
October 4). Curation Planning Questions. Retrieved December 5, 2012,
from Wikispaces:
http://socialmediafoundations.wikispaces.com/Curation+Planning+Questions
Rosenbaum, S.
(2012, April 28). 5 Tips for Great Content Curation. Retrieved December
5, 2012, from Mashable:
http://mashable.com/2012/04/27/tips-great-content-curation/
Setiawan, D.
(2012, August 22). SlideShare. Retrieved December 7, 2012, from
SlideShare: http://www.slideshare.net/denydeyn/presentation1-14046742#btnNext
Valenza, J. (2012,
November 17). Curation. Singapore, Singapore.
Weisberger, C.
(2012, April 16). Teaching Students to Become Curators of Ideas: The
Curation Project . Retrieved November 2012, 2012, from The St Edward
University Social Media Class: http://academic.stedwards.edu/socialmedia/blog/2012/04/16/teaching-students-to-become-curators-of-ideas-the-curation-project-3/