Aplikasi atau web tools teleconference pun menjadi booming. Bukan hanya digunakan siswa dan guru untuk belajar dan mengajar di rumah tapi juga digunakan para pekerja kantoran dan pebisnis untuk mengkomunikasikan pekerjaannya dari rumah. Selain itu, yang juga booming adalah seminar,
atau lebih tepatnya webinar. Dalam masa pandemi yang berlangsung mulai pertengahan maret, entah sudah berapa ratus atau ribu webinar diselenggarakan berbagai pihak. Dari yang gratis hingga yang berbayar. Yang gratis sudah pasti diserbu peserta yang ingin mengembangkan diri, keterampilan profesi, mencari keseruan di tengah ketidakbisaan kemana-mana atau yang sekedar gemar mengumpulkan sertifikat.
Awalnya saya pun antusias mengikuti beberapa webinar. Tapi tidak lama. Tema webinar yang ditawarkan di bidang perpustakaan banyak seputar peran perpustakaan di masa pandemi. Awalnya menarik, lama-lama tidak, bosen 😁. Tapi antusiasme ini mengingatkan saya pada saat belajar tentang kepustakawanan secara online bertahun-tahun yang lalu.
Pertama kali saya belajar secara online di tahun 2010 melalui tappedin, sebuah website yang mewadahi kolaborasi antar pendidik, pustakawan dan komunitas internasional lainnya. Di dalamnya ada berbagai ruang belajar (diskusi). Saya mengetahui ini dari milis IASL (International Asscociation of School Librarianship). Dr Lesly Farmer yang menginformasikan ini karena beliau memimpin beberapa room diskusi. Waktu itu diskusi hanya melalui jalur chat, jadi harus ngetik.
Ini yang bikin saya PD aja ikut diskusi berbahasa Inggris. Paling-paling, saya agak keteteran dalam menggunakan emoticon. Sampai saya mencatat emoticon-emoticon tersebut dan artinya. Oh ya waktu itu emoticon dibuat dengan mengetik gabungan beberapa karakter, seperti :) untuk senyum.
Ada emoticon hug, wave dll. Admin-nya ramah-ramah. Diskusi biasanya berlangsung malam hari waktu di negara mereka (USA). Jadi kadang-kadang disambi cuci piring atau nonton pertandingan olahraga di TV.
Pengalaman belajar di sana sangat menyenangkan. Meskipunnya judulnya Visual literacy, tapi tidak terlalu teknis. Kadang jadi meluas ke kajian lain-lain seperti saat diskusi tentang nama geografis. Saya sangat terbantu dengan adanya transcript dari setiap diskusi yang kita ikuti yang dikirim ke email kita, meskipun kita tidak tuntas mengikutinya. Jadi saya bisa mempelajari kembali apa yang sudah dibahas.
Di tahun 2011, saya pertama kali mengenal dan mengikuti webinar. Penyelenggaranya KB Enterprise, sebuah lembaga konsultasi & training di Australia yang didirikan oleh Karen Bonano. Sejak itu saya beberapa kali mengikuti webinar yang diselenggarakan oleh KB Enterprise ini. Tentu saja yang gratis, kecuali satu kali pernah ikut yang berbayar karena materinya sangat saya perlukan. Untuk durasi webinar selama 1 jam, lumayan lah kalau dirupiahkan biayanya. Webinar-webinar ini menggunakan aplikasi gotomeeting. Hampir sama dengan aplikasi yang sekarang banyak digunakan yaitu zoom dan google meet, hanya saja tidak menggunakan video dan hak untuk bicara hanya diberikan pada narasumber, moderator dan host. Saya tidak tahu apakah memang belum ada video nya atau karena gratis jadi hanya audio fasiltasnya. Tapi ada share presentasi dari narasumber sih.
Pengalaman belajar lain yang juga sangat berkesan buat saya adalah ketika mengikuti kuliah/kelas online di EdX pada tahun 2015. EdX adalah sebuah penyedia MOOC (Massive Open Online Course) alias ruang belajar terbuka daring yang dibuat oleh Harvard & MIT. Waktu itu ada tawaran free course "Library Advocacy Unshushed". Kuliahnya berlangsung selama 6 pekan. Tiap pekan ada tugas yang harus di-submit. Setelah final assignment, course ini berakhir di bulan Maret. Alhamdulillah, saya berhasil menyelesaikan semua quiz dan assigment nya dan berhak mendapatkan Honor Code Certificate. Buat saya kuliah ini seperti pemanasan untuk kuliah S2 yang saya rencanakan untuk saya ambil di tahun itu.
Setelah itu saya sibuk dengan kuliah S2 saya. Yang saya rasakan lumayan berat untuk usia saya yang tidak lagi muda. Teman kuliah saya ada yang baru lulus S1. Ada beberapa webinar yang saya ikuti, tapi tidak terlalu berkesan. Bahkan ada beberapa tawaran webinar yang terlewat (padahal sudah subscribe milis-nya).
Tahun lalu sempat ikut VCT, Virtual Coordinator Training, yang sebenarnya untuk guru-guru belajar dan sharing pengetahuan secara online. Kegiatan ini disenggarakan oleh SEAMOLEC. Disini saya berkenalan dengan aplikasi teleconference lain, yaitu Webex. Sayangnya, saya tidak berhasil menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan karena sibuk dengan kegiatan lain yang tidak bisa ditinggal.
Ketika pandemi melanda baru semangat ikut webinar lagi. Kali ini dengan dengan platform yang lebih beragam, yaitu webex, zoom dan google meet. Tapi ya gitu, sekarang sudah gak terlalu semangat lagi. Kecuali kalau tema nya memang sesuai minat dan kebutuhan.